Jakarta- Gramedia Pustaka Utama (GPU) menerbitkan novel ' Dua Garis Biru '. Cerita yang dinovelisasi oleh Lucia Prioandarini bakal rilis pada 22 Juli 2019 mendatang. Sudah nonton film Dua Garis Biru? Yuk resapi kisah Dara & Bima dalam medium yang berbeda, kali ini dengan membaca," tulis GPU, dilihat detikHOT, Senin (15/7/2019). Dalamfilm Dua Garis Biru, Dara dan Bima adalah dua tokoh utama kita. Pasangan ini tipikal dua remaja yang jatuh cinta pada umumnya. Ke mana-mana bersama, saling membela, dan tak ragu menunjukkan perhatian di depan teman-temannya. Ajakan Dara kepada Bima untuk ikut pulang ke rumahnya pada suatu hari, menjadi titik mula petaka mereka berdua dan keluarganya. Dara [] TranslatePDF. RESENSI FILM DUA GARIS BIRU Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Bahasa Indonesia Dosen Pembimbing : Dr. Elvi Susanti, M.Pd Disusun Oleh : Nama : Riris Mustika Ali NIM : 11190162000067 Kelas : Pendidikan Kimia 2C PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ResensiBuku: Dua Garis Biru. Republika.co.id. REPUBLIKA.ID. Ihram. RepJabar.co.id. RepJogja. Retizen. Judul: Dua Garis Biru Pengarang: Lucia Priandarini dan Gina S. Noer Tahun 2019 ia berkolaborasi dengan Gina untuk menulis novel adaptasi film Ć¢ Dua Garis BiruĆ¢ . Buku ini membawa sebuah cerita tentang bagaimana jika sebuah hubungan ResensiNovel Dua Garis Biru. Oktober 06, 2019. DUA GARIS BIRU Judul: Dua Garis Biru Pengarang: Lucia Priandarini dan Gina S. Noer Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun: 2019 Jumlah: 208 halaman Via @gramediadigital Novel ini diadaptasi dari naskah skenario yang ditulis oleh Gina S. Noer dan difilmkan dengan judul yang sama. dari atas sampai bawah rasanya sama jawaban tebak tebakan 2020. Jakarta - Dalam film Dua Garis Biru, Dara dan Bima adalah dua tokoh utama kita. Pasangan ini tipikal dua remaja yang jatuh cinta pada umumnya. Ke mana-mana bersama, saling membela, dan tak ragu menunjukkan perhatian di depan teman-temannya. Ajakan Dara kepada Bima untuk ikut pulang ke rumahnya pada suatu hari, menjadi titik mula petaka mereka berdua dan hamil. Kemesraan yang biasanya ditunjukkan sehari-hari di sekolah perlahan pudar. Dua sejoli ini masih menyembunyikan hal tersebut sampai akhirnya, rahasia tak bisa lagi dikubur. Kekagetan dan kekecewaan luar biasa hadir dari orang tua keduanya. Dara, lahir dari keluarga cukup berada. Ibunya, Rika Lulu Tobing wanita karier yang begitu perfeksionis dan sudah menyiapkan segala hal bagi anaknya serta seorang ayah pebisnis. Lain dengan Bima yang berasal dari keluarga sederhana. Ibunya penjual pecel Cut Mini, bapaknya pensiunan, mereka tinggal di perkampungan yang jauh dari gedung-gedung tinggi di para orang tua menghadapi masalah ini pun berbeda. Keluarga Bima boleh dibilang cukup religius. Perbuatan yang dilakukan Bima disebut sebagai dosa. Cukup butuh waktu bagi sang ibu untuk akhirnya bisa lebih tenang dan memahami, apa yang terjadi pada anak bungsunya itu tetap saja ada kesalahan dari bagaimana ia berkomunikasi dengan anaknya. Setidaknya dialog-dialog itu hadir dan menghangatkan. Sebuah kontemplasi, bukan diisi khotbah dan pertobatan dengan pihak keluarga Dara. Mengetahui putri sulungnya yang cerdas dengan sejuta mimpi itu hamil, seketika bayangan itu runtuh lantaran membayangkan kehamilan sontak merusak masa perbedaan kelas ini pula muncul bagaimana penentuan keputusan hadir. Bagaimana satu persatu keputusan yang diambil bermula dari luapan emosi, perlahan digiring untuk membuka pintu dialog yang lebih lebar dan Dara dan Bima mengingatkan kita pada Juno 2007, gadis SMA pecinta musik rock yang positif hamil. Juno juga bukan remaja yang sembarangan dalam bergaul. Namun, tentu saja Dara dan Juno dua remaja berbeda mengingat banyak unsur yang melekat dalam kultur keduanya. Tapi bagaimana Dara dan Juno mencoba menerima perubahan fisik, menghadapi segala persoalan dalam kondisi hamil, tanpa keluhan adalah luar Dara mempertahankan kehamilannya membuat dirinya harus berhenti dari sekolah. Kritik ini pun disampaikan Gina lewat pernyataan keras Rika kepada pihak sekolah mengapa hanya putrinya yang bisa dapat sangsi sedangkan anak laki-laki masih bisa melanjutkan sekolah. Dalam film ini tak begitu ditunjukkan bagaimana kehamilan seorang remaja mengundang sinis atau perbincangan miring di lingkungan mengemas kisah Dara dan Bima bukan sebagai tragedi. Drama keluarga ini diramu kental dengan nuansa keseharian. Kritik-kritik sosial pun diluncurkan demikian halus dari berbagai dialog juga adegan-adegan, serta beberapa analogi. Kepolosan dan cara Dara serta Bima mencoba lebih dewasa dengan naifnya menghadapi masalah mereka terasa natural—sebagaimana cara berpikir anak SMA. Bima yang dasarnya tak terlalu pandai—berkebaikan dari Dara—juga kerap menunjukkan kenaifannya di depan banyak orang. Termasuk soal penafsirannya terhadap makna dua garis sinilah Ginatri S. Noer atau Gina S. Noer menyajikan sebuah cerita. Gina menyodorkan sebuah masalah dan juga menawarkan cara. Betapa anak remaja melakukan kesalahan yang cukup fatal, orang tua tetap punya peran penting. Bukan lantas menyalahkan dan merutuki bencana. Gina menjalin cerita yang begitu solid hingga yang sudah kuat tersampaikan dengan baik lewat peran para aktor muda dan senior yang luar biasa. Sebut saja Adhisty Zara, Angga Yunanda, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Rachel Amanda, dan Maisha Kanna. Dua Garis Biru adalah debut Gina sebagai sutradara. Selama ini namanya sudah malang melintang di banyak film sebagai penulis cerita. Dua Garis Biru menjadi sebuah film remaja-keluarga yang menggedor orang tua untuk tak menutup pintu dari masalah anak-anak Garis BiruSutradara Gina S. NoerProduksi Wahana Kreator, StarvisionPenulis Gina S. NoerPemain Adhisty Zara Zara JKT48, Angga Yunanda, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Maisha Kanna, Rachel Amanda, Asri WelasDurasi 113 menitKlasifikasi LSF 13+Rilis di bioskop 11 Juli 2019 NU Online Jombang, Sebuah film berjudul Dua Garis Biru hasil garapan sutradara Retna Ginanti S. Noer yang sukses rilis di seluruh bioskop Indonesia pada tanggal 11 Juli 2019 dengan durasi waktu 113 menit. Film ini cukup meninggalkan bekas mendalam bagi para penontonnya. Mengapa? Film yang menceritakan tentang kehamilan dini seorang gadis bernama Dara ini, berhasil memunculkan rasa pilu dalam setiap adegan dan dialog yang dimunculkan. Perasaan penonton mulai diuji ketika tokoh Dara dan Bima harus mengalami pergulatan batin dalam menyambut buah hati dan resminya mereka sebagai orang tua di usia yang masih sangat dini. Film yang dibintangi oleh Angga Aldi Yunanda sebagai Bima dengan lawan mainnya Adhisty Zara yang berperan sebagai Dara ini cukup bisa mengaduk hati penonton. Mereka dikisahkan sebagai sepasang remaja yang duduk di bangku SMA dengan kisah percintaan yang dipenuhi dengan canda, tawa serta romansa anak sekolahan. Uniknya, kisah cinta yang didukung teman serta keluarga ini justru menuai konflik akibat hubungan yang terlampau bebas. Suatu kali, Dara mengajak Bima untuk berkunjung ke rumahnya. Tadinya mereka hanya bermain dan bersenda gurau. Namun, situasi rumah yang sepi dan keberadaan mereka di kamar membuat keduanya dilanda kasmaran. Singkatnya, Dara mengalami gejala hamil dan Bima pun mencoba untuk membelikan Dara sebuah testpack, hasilnya jelas dua garis. Dara positif hamil. Kelebihan Film Film berjudul Dua Garis Biru ini menjelaskan tentang bagaimana sex education sangat penting diberikan pada anak sekolah, khususnya usia remaja. Dua Garis Biru ini juga dapat menjadi wadah untuk berdiskusi tentang pernikahan dini yang masih dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia. Dengan melihat film ini, orang tua bisa mulai mengajak anak mereka berdiskusi tentang bahaya pergaulan bebas dan pentingnya menjaga diri. Selain itu, karena dikemas apik di genre romantic comedy, film ini bisa mengundang gelak tawa penonton sekaligus menguras emosi. Film ini menjelaskan tentang mengapa seks bebas itu dilarang. Selain dilarang dari segi agama, seks bebas juga tidak akan menguntungkan kedua belah pihak. Baik dari sisi laki-laki maupun perempuan akan dirugikan. Adanya kritik sosial yang diarahkan kepada keluarga Bima yang berasal dari keluarga agamis, seolah menjelaskan bahwa nilai agama saja tidak cukup untuk membuat remaja menjauhi zina. Saran Film ini sangat baik untuk ditonton oleh kalangan remaja misalnya seperti para pelajar yang berusia sekitar 15-18 tahun. Terlebih lagi untuk orang dewasa ataupun orang tua. Terdapat banyak adegan dalam film yang dapat dijadikan panutan bagi semua orang, seperti sex education dan cara memberikan solusi atau saran bagi anak-anak agar terhindar dari namanya hamil di luar nikah. Diharapkan semua adegan tersebut dapat dijadikan sebagai pembelajaran dan ditelaah mana hal yang baik untuk dilakukan dan hal yang tidak baik. Identitas Film Judul Dua Garis Biru Tanggal rilis 11 Juli 2019 Indonesia Sutradara Ginatri S. Noer Penghargaan Festival Film Bandung untuk Film Bioskop Terpuji, lainnya Produser Chand Parwez Servia, Fiaz Servia Skenario Ginatri S. Noer Perusahaan produksi Kharisma Starvision Plus, Wahana Kreator Oleh Zahrotusshafa Isnaini Siswa Kelas XI IPS3 Program Unggulan MAN 3 Jombang

resensi novel dua garis biru